Langsung ke konten utama

Ramadhan Sebagai Spirit Perbaikan

Sumber: https://muslim.okezone.com/read/2020/05/04/330/2208737/4-alasan-harus-bertaubat-di-bulan-ramadhan

Tulisan saya ini berawal ketika rutinitas chatting WA dengan teman saya mas Banyak dalam mendiskusikan beberapa hal yang penting dan beberapa selipan guyonan. Saya mengeluhkan tentang motivasi menulis saya yang semakin tidak produktif, sudah tidak pernah mengirim tulisan di media massa ataupun sekedar ngeblog seperti saat ini.

Beliau memberikan saran kepada saya, “kenapa tidak nulis tentang keseharian saja ? atau apa saja peristiwa yang bisa dijadikan muhasabah toh ini momem Ramadhan”. Akhirnya lahirlah tulisan ala kadarnya ini untuk sahabat semua bisa membaca atau mengoreksinya.

Dalam Islam sering kita dengar bahwa salah satu sifat Allah adalah maha pengampun. Seperti dalam sebuah Hadis yang berbunyi

Barang siapa yang berpuasa dibulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni”.(HR. Bukhari No. 38 dan Muslim no. 760).

Hadis tersebut bukan saja menjelaskan tentang keutamaan berpuasa, namun juga nilai pengampunan yang menjadi balasan atas amal ibadah kita. Dalam ayat Alquran juga dijumpai ayat tentang pengampunan yaitu pada surat Az-Zumar ayar 53 hingga 54 yang berbunyi “Katakanlah:

“Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar (39) : 53-54).

Penjelasan ayat tersebut dalam tafsir Ibnu Katsir yaitu sebagai jawaban kepada orang-orang yang melakukan dosa yang melampaui batas (membunuh dan sering berbuat zina) sehingga Allah menjawab dengan demikian. Dari ayat tersebut dapat dipahami bagaimana Allah maha luas pengampunannya sekalipun dosa yang dilakukan bernilai dosa bear serta dilakukan berulang-ulang.

Ramadhan Sebagai Ajang Refleksi Diri

Alhamdulillah pada tahun ini kita kembali dipertemukan oleh bulan suci Ramadhan. Tak ada satupun keistimewaan yang tidak menggiurkan bagi umat Islam dalam rangka berlomba-lomba meraih kebaikan. Jika pada hari atau bulan-bulan biasa ibadah layaknya formalitas, pada bulan Ramadhan ini sebaiknya kita mau dan mampu lebih dalam merefleksikan diri kita sehingga tidak semakin tenggelam dalam kemaksiatan.

Pada hakekatnya manusia adalah tempat salah, dalam bahasa jawa menungso sering disebut “menus-menus panggonane duso”, atau manusia itu tempatnya kesalahan. Wajar apabila dalam tindak tanduk perilaku kita sehari-hari melakukan kesalahan baik yang bersifat considarate (sengaja) ataupun accidentally (tidak sengaja).

Spirit atau semangat dalam muhasabah (memperbaiki) diri berbarengan dengan momentul bulan ramadhan yang penuh akan janji ampunan atau dilipat gandakannya pahala kita seharusnya mampu menjadi komunikasi vertikal kepada sang Khaliq sebagai ajang perbaikan diri.

Bukankah motor atau benda-benda mati saja butuh maintenace (perawatan) serta reparation (perbaikan). Begitu pula manusia, ramadhan ini menjadi jadwal perawatan serta perbaikan iman serta akhlak kita untuk menjadi pribadi yang mendekati srandard akhlakul karimah.

Kualitas pribadi yang memiliki nilai keimanan yang baik akan selaras dengan pengejawantahan perilaku yang baik pula. Logikanya, apabila Tuhan adalah pusat dari segala kebajikan, maka kita sebagai hamba akan tunduk dan patuh dengan kebajikan tersebut selagi memiliki kadar keimanan yang tinggi. Oleh karena itu, dalam rangka bermuhasabah tidak sekedar  ujug-ujug merubah perilaku. Namun juga mengingat kesalahan dan merenunginya sehingga tidak timbul perasaan untuk sekedar ingin mengulanginya.

Berusaha bertaubat nasuha dengan ikhtiar penuh sekaligus menyadari bahwa perbuatan dosa di masa laulu menjadi peringatan berharga untuk tidak terulang. Semoga di bulan Ramadhan kali ini, insan pembaca sekalian dapat mengambil manfaat dari apa yang bisa saya tuliskan ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak Kecil dan Iqro Jilid Empat

Oleh: Majid Himawan Sumber: Dokumen pribadi Menggala Tulang bawang siang ini terasa  begitu terik, saya cek di google suhu cuaca tertulis sekitar 37 derajat. Semangat untuk keluar mencari cucian mobil hampir pupus, namun karena sudah berminggu-minggu tidak di mandikan saya paksakan untuk tetap mencucikan kendaraan tersebut. Sebagai orang yang tergolong baru sekitar 4 bulan tinggal di lingkungan Menggala, saya masih harus menghafal tempat-tempat kebutuhan penting, termasuk tempat cucian ini. Walaupun saya pernah melintas, tapi jam bukanya pun saya belum hafal. Kebiasaan disini awal ramadhan semua toko dan tempat penyedia jasa tutup, termasuk tempat cucian ini yang beberapa hari lalu membuat saya kecilik . Baru duduk menunggu kendaraan di cuci, datang anak kecil usia sekitar empat sampai lima tahun. Dari logatnya dia orang lampung asli, hal inilah yang membuat komunikasi kami agak sedikit susah Sumber: Dokumen pribadi Sambil duduk memakan coklat dia bilang pada saya dengan menengadahkan

Doa Untuk Korban Bencana Gempa Turki dan Suriah

 Sumber foto : https://www.google.com/amp/s/www.cnnindonesia.com/teknologi/20230209070529-199-910769/benarkah-gempa-turki-buatan-manusia/amp Melihat berita tentang dahsyatnya bencana alam yang terjadi di Turki dan Suriah membuat saya menjadi sedih dan berduka, lewat timeline di Twitter maupun Youtube melihat beberapa video penyelamatan begitu mengharukan. Dalam benak ini teringat satu nama, Hasnan Nahar adik kelas ketika nyantri di Mu'allimin Muhammadiyah sekaligus adik tingkat di UIN Sunan Kalijaga yang sedang menempuh pendidikan di Turki. Saya bergegas membuka platform Instagram untuk mengirim pesan padanya, bersyukur ia dan rekan-rekan pelajar Indonesia di sana dalam kondisi aman dan baik. Ia hanya meminta selalu didoakan untuk keselamatannya. Hati sayapun sedikit tenang walaupun masih tersayat melihat bencana tersebut. Setiap ada bencana saya selalu kembali sadar dan merasa kecil, karena manusia itu bukan apa apa di hadapan Allah. Jika Allah berkehendak apapun bi

Hikmah Di Balik Ketidaktahuan!

Sebuah Hikmah Di Balik Ketidaktahuan! Mungkin para pembaca sudah pernah membaca tulisan semacam ini, namun penulis mencoba menyegarkan kembali dengan cara penyampaian yang penulis bisa lakukan. Sebuah hikmah dari ketidaktahuan. Beberapa tahun yang lalu, ketika penulis membuka media sosial facebook. Muncul sebuah share positif di beranda penulis dengan judul “dibalik ketidak tahuan”. Kurang lebih narasinya adalah sebagai berikut: Seorang Nabi Nuh belum tahu akan terjadi banjir yang besar saat beliau diperintahkan untuk membuat perahu.   Nabi Ibrahim belum tahu akan tersedia Domba ketika Pisau nyaris memenggal Buah hatinya. Nabi Musa belum tahu Laut terbelah saat dia diperintah memukulkan tongkatnya. Yg Mereka Tahu adalah bahwa Mereka harus Patuh dan Taat kepada Perintah Allah dan tanpa berhenti berharap yg terbaik. Ternyata dibalik KETIDAKTAHUAN kita, Allah telah menyiapkan Kejutan ! SERINGKALI Allah berkehendak di detik-detik terakhir dalam pengharapan dan ketaatan hamba