Langsung ke konten utama

Doa Untuk Korban Bencana Gempa Turki dan Suriah

 Sumber foto : https://www.google.com/amp/s/www.cnnindonesia.com/teknologi/20230209070529-199-910769/benarkah-gempa-turki-buatan-manusia/amp

Melihat berita tentang dahsyatnya bencana alam yang terjadi di Turki dan Suriah membuat saya menjadi sedih dan berduka, lewat timeline di Twitter maupun Youtube melihat beberapa video penyelamatan begitu mengharukan.

Dalam benak ini teringat satu nama, Hasnan Nahar adik kelas ketika nyantri di Mu'allimin Muhammadiyah sekaligus adik tingkat di UIN Sunan Kalijaga yang sedang menempuh pendidikan di Turki.

Saya bergegas membuka platform Instagram untuk mengirim pesan padanya, bersyukur ia dan rekan-rekan pelajar Indonesia di sana dalam kondisi aman dan baik. Ia hanya meminta selalu didoakan untuk keselamatannya. Hati sayapun sedikit tenang walaupun masih tersayat melihat bencana tersebut.

Setiap ada bencana saya selalu kembali sadar dan merasa kecil, karena manusia itu bukan apa apa di hadapan Allah. Jika Allah berkehendak apapun bisa terjadi dan keangkuhan kita sebagai manusia hanyalah sikap yang tak selayaknya kita pertunjukkan terus menerus, kita harus merefleksikan diri atas penghambaan pada Allah, menerima segala ketetapan dengan ikhlas tanpa berhak menyombongkan sejengkalpun atas segala hal.

Pikiran saya terlempar belasan tahun lalu ketika ikut menjadi  korban gempa Jogja. Sungguh kejadian yang mengerikan dan menjadikan saya trauma pada saat itu. Korban yang berjatuhan serta efek yang ditimbulkan pasca itu membuat Jogja dan sekitarnya harus menata ulang segala lini sektor kehidupan.

Beberapa ayat Al-Qur'an yang menyebut gempa bumi diantaranya, surah Al A'raf ayat 78, 91, 155, 171, surah Hud ayat 67,dan surah Al Ankabut ayat 37.

Secara ilmiah gempa terjadi akibat gesekan lempengan bumi, namun secara illahiah Allah SWT sedang menunjukkan kebesaran dan kekuasaanNya. Aspek transendental inilah yang harus disadari dengan jernih dan jelas.

Kadang memahami aspek ini kita sering keliru hingga menarasikan bahwa segala bencana adalah bentuk amarah, kutukan serta murka Tuhan yang berujung pada penghakiman semata tanpa melihat sisi psikologis korban yang seharusnya segera mendapat bantuan bukan hardikan sebagai penyebab "azab".

Jika kita tidak terang dan jelas dalam memahami ini, kejadian alam tidak akan bisa kita pahami secara rasional yang memerlukan mitigasi serta penanggulangan yang baik, namun justru sibuk menyudutkan korban dengan narasi sesat semacam itu. Hal ini umum dijumpai masyarakat kita hari ini.

Semoga Negara Indonesia juga segera ikut membantu Turki dan Suria sebagaimana negara lain banyak membantu kita saat peristiwa tsunami aceh, gempa jogja dan lain sebagainya.

Hanya do'a yang tulus serta bantuan terbaik yang dapat kita saluran, semoga saudara kita di Turki dan Suriah lekas pulih dan bangkit.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Anak Kecil dan Iqro Jilid Empat

Oleh: Majid Himawan Sumber: Dokumen pribadi Menggala Tulang bawang siang ini terasa  begitu terik, saya cek di google suhu cuaca tertulis sekitar 37 derajat. Semangat untuk keluar mencari cucian mobil hampir pupus, namun karena sudah berminggu-minggu tidak di mandikan saya paksakan untuk tetap mencucikan kendaraan tersebut. Sebagai orang yang tergolong baru sekitar 4 bulan tinggal di lingkungan Menggala, saya masih harus menghafal tempat-tempat kebutuhan penting, termasuk tempat cucian ini. Walaupun saya pernah melintas, tapi jam bukanya pun saya belum hafal. Kebiasaan disini awal ramadhan semua toko dan tempat penyedia jasa tutup, termasuk tempat cucian ini yang beberapa hari lalu membuat saya kecilik . Baru duduk menunggu kendaraan di cuci, datang anak kecil usia sekitar empat sampai lima tahun. Dari logatnya dia orang lampung asli, hal inilah yang membuat komunikasi kami agak sedikit susah Sumber: Dokumen pribadi Sambil duduk memakan coklat dia bilang pada saya dengan menengadahkan

Hikmah Di Balik Ketidaktahuan!

Sebuah Hikmah Di Balik Ketidaktahuan! Mungkin para pembaca sudah pernah membaca tulisan semacam ini, namun penulis mencoba menyegarkan kembali dengan cara penyampaian yang penulis bisa lakukan. Sebuah hikmah dari ketidaktahuan. Beberapa tahun yang lalu, ketika penulis membuka media sosial facebook. Muncul sebuah share positif di beranda penulis dengan judul “dibalik ketidak tahuan”. Kurang lebih narasinya adalah sebagai berikut: Seorang Nabi Nuh belum tahu akan terjadi banjir yang besar saat beliau diperintahkan untuk membuat perahu.   Nabi Ibrahim belum tahu akan tersedia Domba ketika Pisau nyaris memenggal Buah hatinya. Nabi Musa belum tahu Laut terbelah saat dia diperintah memukulkan tongkatnya. Yg Mereka Tahu adalah bahwa Mereka harus Patuh dan Taat kepada Perintah Allah dan tanpa berhenti berharap yg terbaik. Ternyata dibalik KETIDAKTAHUAN kita, Allah telah menyiapkan Kejutan ! SERINGKALI Allah berkehendak di detik-detik terakhir dalam pengharapan dan ketaatan hamba